Kisah Persaingan Intel dan AMD: Siapa Pemenang, Siapa Pecundang?

By-|

Instagram

Kantor Pusat Intel dan AMD
Kantor Pusat Intel dan AMD (Twitter)

Intel telah menjadi raja industri mikroprosesor selama lebih dari 50 tahun lamanya. Namun begitu, saat ini Intel sedang mengalami penurunan popularitas dan pangsa pasar. Beberapa analis bahkan memprediksi dekade ini akan menjadi akhir dari kejayaan Intel. Pada saat yang sama, AMD sebagai pesaing utama Intel sejak lahir, terus naik pangsa pasarnya menempel sang kompetitor. AMD boleh dibilang sedang dalam perjalanan untuk menggulingkan Intel dari singgasananya.

Walau kini tengah berduel sengit dalam pangsa pasar mikroprosesor, tahukah kamu bahwa Intel dan AMD sebenarnya memiliki akar alias DNA yang terbilang sama. Para pendiri Intel dan AMD sebelumnya bekerja di perusahaan yang sama, yaitu Fairchild Semiconductor di Silicon Valley. Sebagai engineer muda, mereka ingin mengembangkan produk yang lebih inovatif. Namun sayang atasan mereka memilih untuk berhati-hati sehingga menghambat aspirasi mereka.

Bersaing Sejak Baru Lahir

Pada tahun 1968, Robert Noyce dan Gordon Moore keluar dari Fairchild lalu mendirikan perusahaan mikroprosesor mereka sendiri, yaitu Intel. Setahun kemudian, 8 orang Fairchild lainnya yang diinisiasi Jerry Sanders hengkang juga untuk mendirikan Advanced Micro Devices (AMD). Intel dan AMD pada awalnya memiliki posisi pasar yang relatif setara, hingga ketika IBM memilih prosesor Intel dengan arsitektur x86 untuk perangkat produksi mereka mengubah segalanya.

Sejak itu mayoritas merk komputer menggunakan arsitektur x86 milik Intel. Intel pun mengungguli AMD dalam waktu singkat setelah pendapat kepercayaan klien level kakap seperti IBM. Namun begitu, guna menghindari monopoli, IBM meminta Intel segera mencari pemasok mikroprosesor lain yang bisa memproduksi cip x86 mereka, lalu masuklah AMD. Dengan lisensi dan spesifikasi Intel 80286 dari Intel, AMD mulai memproduksinya chip 80286 versinya untuk IBM.

Am386 Cloningan Intel 80386
Am386 Cloningan Intel 80386 (Stackexchange.com)

Intel yang tidak ingin pasar-pasarnya tergerus oleh AMD lalu memproduksi chip seri 80386/i386 yang lebih bertenaga dan menolak memberikan lisensi dan spesifikasinya ke AMD. AMD pun terpaksa melakukan reverse engineering 80386 milik Intel lalu lahirlah Am386. Meskipun Am386 lebih baik dari milik Intel, bahkan hampir mendekati seri i486-nya Intel, waktu yang dibutuhkan untuk reverse engineering selalu membuat AMD tertinggal dari Intel.

AMD terus berjuang di bawah bayang-bayang Intel yang memimpin pasar PC dan processor kelas atas. AMD akhirnya lebih fokus ke prosesor harga terjangkau yang cocok untuk pengguna kelas menengah ke bawah. Kemudian muncul pandangan Intel dianggap lebih mudah digunakan dan stabil untuk sebagian besar pengguna. Sedangkan AMD cocok untuk pengguna yang lebih berpengalaman dan mafhum overclocking prosesor untuk meningkatkan kecepatan.

Apple “Gabung”, Intel Makin Unggul

Pada tahun 2006, Apple beralih menggunakan Intel sebagai pemasok chip processor perangkat Mac mereka. Sekadar diketahui, Apple Mac sebelumnya menggunakan PowerPC buatan Motorola dan IBM yang mereka pakai sejak 1994, tepatnya pada dua komputer Power Macintosh 6100 and 7100. Kerja sama dengan Appla itu membuat Intel semakin merajai pasar mikroprosesor. Bagaimana tidak, Apple adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Steve Jobs Paul Otellini 2006
Steve Jobs Paul Otellini 2006 (9to5mac.com)

Intel juga makin unggul dalam hal pemasaran usai menyematkan nama Pentium sebagai pengganti brand x86. Sementara Intel fokus pada pemasaran, AMD lebih banyak fokus pada research and development. Pada tahun 2007, AMD rilis prosesor dual-core pertama di dunia Athlon 64 X2. Sayang AMD tidak memasarkan produk tersebut dengan baik sehingga kurang laku. Tahun berikutnya Intel meluncurkan Core 2 Duo yang dipasarkan dengan bagus dan berhasil menguasai pasar.

Selama bertahun-tahun AMD selalu menjadi underdog di bawah Intel dalam pangsa pasar mikroprosesor. Tanpa persaingan yang sehat, inovasi di Intel melambat dan hampir di semua produk baru dari Intel hanya memberikan sedikit peningkatan kinerja dari generasi ke generasi. Intel terjebak dalam birokrasi hingga mereka kehilangan para insinyur terbaik mereka. Intel dipimpin oleh mereka yang tidak punya visi teknologi dan hanya fokus pada keuntungan.

Apple tahun 2005 sempat meminta Intel untuk mendesain dan memproduksi chip untuk iPhone yang bakal dirilis pada 2007. Intel malah menolaknya karena menilai penawaran itu dinilai tidak cukup menguntungkan. Keputusan itu pun pada kemudian hari disesali oleh CEO Intel pada saat itu, Paul Otellini. Walau minim inovasi, Intel tetap memimpin pangsa pasar mikroprosesor karena pemasaran yang sanga jitu dan melakukan praktik anti-competitive.

Baca juga:

Praktik anti-competitive yang dilakukan Intel itu seperti menyogok perusahaan-perusahaan produsen komputer dan gadget untuk tidak menggunakan chip AMD pada produk mereka. Salah satu yang mencolok adalah ketika 2009 silam Intel ketahuan menyogok Dell hingga USD 6 miliar. Pada 2010 Intel juga kedapatan memasukkan data hasil benchmark palsu dengan menggunakan custom code yang membuat prosesor Intel terlihat lebih baik dari AMD.

Kebangkitan AMD Bersama Lisa Su

Lisa Su CEO AMD Sejak 2014
Lisa Su CEO AMD Sejak 2014 (atxwoman.com)

AMD mengangkat Dr. Lisa Lu sebagai CEO mereka pada tahun 2014. Lisa bertekad untuk menyederhanakan perusahaan dan mempercepat pengembangan teknologi baru. Tahun 2017 AMD memperkenalkan prosesor Ryzen dengan arsitektur anyar Zen. Produk itu merupakan alternatif murah untuk CPU kelas atas dan mampu menantang procie terbaik Intel. AMD pun mulai mengguncang tahta Intel sebagai produsen mikroprosesor pilihan pelanggan.

Usai Zen diperkenalkan AMD, pangsa pasar Intel pada kuartal kedua tahun 2017 turun ke 69 persen dari 81.9% persen di tahun sebelumnya. Sementara AMD naik dari 18,1 menjadi 31 persen. Meskipun demikian, Intel masih merasa percaya diri lantaran berhasil mencatatkan pendapatan kuartal pertama yang luar biasa sebesar 14,8 miliar USD dengan laba bersih 3 miliar USD. Brian Kratznick, CEO Intel saat itu, mengabaikan ancaman dari prosesor Ryzen AMD.

Data terbaru pada kuartal pertama tahun 2021 yang dirilis Passmark menunjukkan AMD menguasai 39,4 persen pangsa pasar untuk semua jenis CPU, sementara Intel di angka 60,6 persen. Bahkan untuk pangsa pasar komputer desktop, AMD secara mengejutkan sudah unggul dengan 50,7 persen, dimana intel pada segmen pasar yang sama berada di angka 49,3 persen. Kebarhasilan AMD menyalip marketshare Intel di segmen PC terbilang luar biasa.

2017 silam atau pada saat yang sama tatkala AMD merilis Ryzen-nya, Apple yang produk Mac-nya mengandalkan prosesor Intel mengeluhkan beberapa masalah pada Intel. Masalah pertama adalah Intel yang dinilai tidak bisa mengikuti kapabilitas produksi dan teknologi yang dimau Apple. Sedangkan masalah kedua adalah ketidaksanggupan Intel dalam menghadirkan processor yang lebih hemat daya dan adem, sehingga tidak perlu desain pendingin berlebihan.

Intel Ditinggalkan Apple

Lantaran Intel yang terlalu cuek dengan keluhan-keluhan tersebut, Apple pada 2018 mengumumkan mereka bakal meninggalkan Intel pada produk-produk Mac mereka mulai tahun 2020. Bekerja sama dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), Apple kemudian merancang chip mereka sendiri yang berbasis arsitektur ARM bernama Apple Silicon. Apple merilis Apple Silicon pertama mereka bernama M1 pada tahun 2020 dan mendapat sambutan positif.

Apple M1 dan macOS Big Sur
Apple M1 dan macOS Big Sur (Twitter)

Chip M1 yang berbasis ARM performanya jauh lebih cepat dan menggunakan daya yang jauh lebih sedikit daripada buatan Intel. Kemampuan chip M1 bahkan bisa mengungguli kemampuan prosesor terbaru Intel generasi ke-11 kala itu. Tentu saja itu merupakan pukulan telak pada Intel yang semakin menggoyang singgasananya. Kesuksesan ARM architecture pada Apple Silicon membuat perusahaan lain mengikuti jejaknya, AMD dan Nvidia adalah salah satu dari mereka.

Pada saat ini AMD tengah merancang chip berbasis ARM yang akan menjadi rival kuat Apple Silicon. Sementara itu, Nvidia juga membangun DGX SuperPOD, sebuah super komputer AI berbasis cloud yang juga menggunakan arsitektur ARM. Samsung, Qualcomm, dan Microsoft pun akan memproduksi chip mereka sendiri yang berbasis ARM. Fenomena itu jadi pukulan telak bagi Intel karena semua chip Intel didesain dengan menggunakan arsitektur x86 buatannya.

Jika banyak komputer beralih menggunakan chip berbasis arsitektur ARM, maka produk-produk chip buatan Intel dengan arsitektur x86 akan menjadi tidak relevan lagi. Intel akan kesulitan menjual produknya karena tidak kompatibel dengan produk Apple, Nvidia, Samsung, Qualcomm, Microsoft, dll. Namun begitu, Intel sepertinya sekarang tidak tinggal diam. Perusahaan mengangkat Pat Gelsinger sebagai CEO baru Intel di awal 2021 menggantikan Bob Swan.

Intel Bisa Berjaya Lagi?

Dalam pidato strategis pertamanya, Pat mengungkapkan strategi Intel untuk kembali menguasai pasar mikroprosesor. Dia menyebut program untuk membuat Intel kembali digdaya itu dengan nama IDM 2.0 yang berisi 3 inisiatif. Pertama, Intel akan terus mengembangkan teknologi chip termutahir menggunakan jaringan pabrik global miliknya. Seperti diketahui bersama, Intel telah merajai pasar mikroprosesor berpuluh tahun, tak heran bila pabrik global mereka sangat besar.

Kedua, Intel akan mulai menggunakan jasa pihak ketiga untuk memproduksi sebagian dari produk-produknya. Terakhir, Intel juga akan membangun world-class foundry service, dimana Intel akan menjadi seperti TSMC yang meproduksi chip untuk perusahaan-perusahaan teknologi lainnya. Menarik untuk ditunggu, apakah program IDM 2.0 dari Intel itu akan kembali membuat mereka digdaya kembali? Atau malah bakal makin menurun dipecundangi AMD, NVIDIA, Apple, dll.?

Berita Terkait.